Selasa, 15 Februari 2011

Doa Perspektif Buddhis

NASKAH DHAMMA DISAMPAIKAN PADA TKW JAMBI 2009
Doa Yang Benar Adalah Memusatkan Pikiran

Disusun Oleh:Michael Orlando C.
Persaudaraan Muda-Mudi Buddhis Bodhijaya-Baturaja

Tema : Doa Perspektif Buddhis
Judul : Doa Yang Benar Adalah Memusatkan Pikiran
Editor : TIM Red. Majalah Sakya

1. Latar Belakang

Lebih dari 2.500 tahun ajaran Buddha Gotama telah bertahan, melalui waktu dan proses yang begitu panjang Lord Buddha memaparkan ajaran-Nya. Saat ini, kebanyakan orang-orang yang lebih mementingkan kehidupan duniawi berdasarkan nafsu indriawi. Pada umumnya mereka sering melakukan ritual yang berlebihan hanya karena mereka percaya bahwa dengan ritual doa permohonan yang disertai dengan sedikit puji-pujian yang dilakukan terus-menerus dengan harapan permohonan mereka akan terwujud. Pemahaman yang seperti tidaklah tepat dan bertentangan dengan ajaran Buddha, karena dengan sikap seperti ini mereka mementingan pemuasan pribadi mereka dan beranggapan bahwa keberuntungan akan terus datang hanya jika seseoroang melakukan ritual doa. Misalnya untuk memperoleh kecantikan, usia panjang, kesehatan, kehormatan, kebahagiaan dan terlahir di alam surga; seseorang tidaklah dapat mencapainya hanya karena berdoa dan bersikap pasrah ‘tak berdaya. Akan tetapi seseorang hendaknya berusaha mewujudkannya dengan menempuh jalan kearah hal-hal itu.
Jawaban Lord Buddha terhadap pertanyaan Punnaka,
“…Doa-doa mereka, puji-pujian, persembahan dan aspirasi mereka semua dilakukan berdasarkan keinginan memiliki, ingin ganjaran. Mereka merindukan merindukan kenikmatan nafsu inderawi. Orang-orang yang ahli dalam persembahan ini bersuka-cita didalam nafsu untuk menjadi, orang-orang ini tidak akan dapat mengatasi usia tua dan kelahiran kembali” (sn.1046)

2. Masalah

Merujuk pada kamus besar Bahasa Indonesia doa adalah permohonan (harapan, permintaan dan pujian) kepada Tuhan. Dalam hal ini dapat kita ketahui bahwa pada umumnya doa yang dilakukan masyarakat umum ditujukan kepada Tuhan yang “Maha” Berdoa dalam Mora Parita juga memohon pertolongan dan perlindungan. Ini tidak salah, tetapi sembahyang atau doa tidaklah cukup untuk memecahkan masalah.

Nah,dari penjabaran singkat tersebut, timbulah beberapa pertanyaan, seperti:
• Apakah tepat berdoa yang diladasi “takut” dan “ditakut-takuti”?
• Apakah tepat berdoa dilandasi keinginan rendah?
• Apakah cukup hanya dengan berdoa untuk memcahkan masalah?

3. Penyelesaian

Berdoa karena “takut” akan sesuatu atau “ditakut-takuti”, misalnya pada kepercayaan dinamisme; benda, tempat, atau semacamnya yang menjadi objek penyembahan, tidaklah dibenarkan menurut pandangan Buddhis. Pandangan seperti ini mempercayai sesuatu yang maya. Sikap yang benar adalah mengandalkan Triratna sebagai pelindung; Buddha sebagai dokter, Dhamma sebagai obat, dan Sangha sebagai perwat. Dijelaskan dengan sangat rinci bagi mereka yang menginginkan berkah dalam Manggala Sutta.

Dr.Chris menuliskan dalam bukunya Faith and Prayer in the Healing of Cancer, mengatakan:

“Doa itu adalah mengakui dan menerima keberadaan makhluk tertinggi yang melampaui kita dalam segala hal,d engan memiliki hubungan yang harmonis dengan-Nya memberi kita keyakinan bahwa Dia akan menuntun kita dalam kehidupan”

Doa memang adalah alat berkomunikasi atau berhubungan dengan yang Ilahi, ditujukan kepada Buddha dan Bodhisatva sebagai manifestasi dari yang maha tinggi. Tetapi, harus kita mengerti Buddha dan Bodhisatva disini sesungguhnya bukan suatu sosok pribadi yang ada disebuah alam tertentu, melainkan suatu citra yang luhur yang seharusnya bersemayam dalam lubuk hati kita yang terdalam. Seorang budhis bahkan tidak bergantung dan pasrah kepada “makhluk superior” manapun juga untuk memecahkan masalahnya.

Doa dalam pandangan Buddhis adalah doa yang melimpahkan kebahagiaan dan kebajikan kita, baik melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan kepada semua makhluk di 31 alam kehidupan.

Berikut pernyataan Dr.Phang Cheng Kar (seorang praktisi Buddhis) dalam bukunya,
Don’t Worry Be Happy:

”Jika pula doa itu diperlukan itu seharusnya untuk memperkuat dan memusatkan pikiran dan BUKAN untuk memohon sesuatu.”

4. Kesimpulan

Doa dalam perspektif Buddhis merupakan doa yang mengabaikan “aku” dan mendahulukan “mereka”, dan melimpahkan kebahagiaan serta jasa kebajikan kepada semua makhluk hidup melalui pikiran, ucapan, perbuatan dan bukan “meminta” belaka, serta dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Doa merefleksikan pikiran. Pikiran yang benar memiliki tiga aspek;1. Tidak berdasarkan egoisme dan dorongan nafsu keduniawian yang bersifat rendah, 2. Mengungkapkan cinta kasih, bukan itikad yang jahat, 3. Mengandung belaskasih, bukan perasaan yang kejam. Kekuatan doa yang mendatangkan berkah akan tergantungan pada keyakinan dan pikiran yang benar.”

Doa karena kita takut atau dikarenakan pemenuhan keinginan rendah tidaklah dibenarkan. Mari kita berbenah diri melalui doa yang bermanfaat buat kehidupan kita dan semua makhluk bahkan terbebaskan dari lingkaran kelahiran dan kematian.

Sebagai penutup marilah kita menyimak doa dalam syair Shanti Deva (abad ke 7):

Semoga aku menjadi penawar rasa sakit bagi semua makhluk. Semoga aku menjadi dokter dan perawat bagi semua orang sakit. Semoga aku dapat memberi makan dan minum bagi semua yang menderita lapar dan kehausan. Semoga aku menjadi mestika yang ‘tak ternilai bagi orang-rang miskin. Semoga aku menjadi pembela bagi mereka yang dicampakkan, terlantar dipingir jalan. Semoga aku menjadi perahu dan titian bagi mereka yang merindukan pantai seberang. Semoga aku menjadi pelita penerang bagi mereka yang tersesat di jalan.



Daftar Bacaan
Dhammapada.2001,Yayasan Abdi Dhamma Indonesia
Intisari Buddhisme,”Semua adalah Logika”,Sangha Agung Indonesia
Don’t Worry Be Healthy,Dr.Phang Cheng Kar
Faith and Prayer in the Healing of Cancer,Dr.Chris

1 komentar:

  1. Kemukakan pengalaman unik dan menarik dalam melakukan pembinaan kerohanian kepada umat buddha.

    BalasHapus